Selasa, 25 Mei 2010

Cerpen kisah nyata di sekeliling kita

Selamat Tinggal Cinta Pertama

Matahari sudah mulai terbit, jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. Alarm pun berbunyi tapi ia matikan kembali alarmnya. Ibunya pun masuk ke kamar.

“Gina!!!Gina!!!Bangun!!! ini sudah jam berapa???”Teriak ibunya. Ia pun langsung bangun dan segera bersiap – siap untuk berangkat sekolah.

Bel istirahat berbunyi, anak – anak bergegas keluar kelas menuju kantin. Di kantin ia duduk sambil makan siomay dengan temannya. Ia merasa iri melihat di antara teman – temannya yang berduan dengan pasangannya, karena ia merasa bahwa dirinya jelek dan tidak ada satu cowok pun yang mau berpacaran dengannya.

Malam tiba, waktu itu jam menunjukkan pukul 9 malam. Ia sedang asik main laptop di kamar sambil mendengarkan lagu. Tiba – tiba handphonenya berdering,, kriiiiing!!!!!!!!!!kriiing!!!!!

“Halo, ini siapa ya??” di jawab telponnya sambil tengkurap di kasur yang empuk.

“ Rani apa kabar?? Sekarang kamu di mana ?? sudah lama kita tidak ketemu ??” jawab pria tersebut.

“ Maaf…kamu mau cari siapa?? Aku bukan orang yang kamu maksud itu.” Tanya Gina.

“ Eh,,maaf!! Kalau boleh tahu ini saya berbicara dengan siapa?? Ini bukannya nomer teman saya Rani??”tanya pria itu.

“ Bukan!!...aku Gina, bukan Rani yang kamu cari. Kamu salah sambung. Ini nomer aku jawab Gina.

“ Eh maaf !! saya kira ini nomer temen saya. Bolehkah saya kenalan denganmu !! Nama saya Revan. saya anak Pamulang.” Jawab pria tersebut.

Mereka pun akhirnya berkenalan melalui handphone. Tadinya salah sambung, jadi berkenalan. Tidak terasa malam pun mulai larut, obrolan mereka mulai kehabisan kata – kata. Gina menelpon dengan mata merem melek, karena matanya mulai ngantuk. Akhirnya obrolan mereka di lanjutkan hari esok lagi. Gina menutup teleponnya dan segera tidur karena besok ia akan sekolah pagi.

Setiap malam handphone Gina berdering karena Revan terus menelponnya tiap malam sebelum tidur. Gina mengangkat telponnya sambil duduk bersandar di tembok kasur. Malam ini berbeda, karena Revan menyatakan perasaannya kepada Gina, ternyata Revan suka padanya walaupun mereka belum pernah bertemu. Tanpa basa basi Gina langsung menerimanya, karena ia juga merasakan perasaan yang sama dengan Revan. Mereka menjalani hubungan hanya melalui handphone tanpa melihat wajah mereka masing – masing. Walaupun seperti itu mereka merasa senang apalagi Gina baru merasakan ada seseorang yang perhatian dengan dia.

Malam tiba sepeti biasa Revan menelpon Gina untuk mengajaknya ketemu. Gina mengangkat telpon sambil tiduran di kasur empuknya.

“ Halo,sayang!! Kamu lagi ngapain?? Gin, besok kan hari Minggu, kita ketemu yuk di BSD City. Kamu mau tidak ?” tanya Revan dengan suara yang lembut.

“ Besok ..jam berapa ?? “ jawab Gina sambil tersenyum manis.

“ Besok jam 4 sore di BSD City. Emangnya kamu mau kita pacaran sudah beberapa bulan ini, tapi kita tidak pernah ketemu langsung. Hanya dari mms, facebook, friendster, dan 3G. Aku kan mau kita jalan bareng, nonton bioskop, selayaknya orang pacaran. Aku bosan pacaran hanya di HP saja.”

Hari Minggu pun tiba, Gina berdandan sangat cantik. Ia segera berangkat menuju tempat yang sudah mereka bicarakan tadi malam. Ia mencari tempat duduk dekat dengan pemandangan air mancur yang sangat indah. Beberapa menit kemudian,Gina melihat seorang pria yang kebingungan mencari seseorang , mungkinkah itu Revan cowoknya?? Gina bertanya – tanya di dalam hatinya. Di lihatlah terus cowok tersebut, pria itu mengenakan switer putih,celana beage hitam dengan rambutnya yang belah pinggir dan kulit putih. Gina ragu kalau pria tersebut adalah pacarnya. Di lihatnya pria tersebut menghampiri ke arah meja Gina.

“ Gina ?? Aku Revan” tanya pria itu dengan menjabat tangan Gina.

“ iiii…iya” jawab gina dengan gugup dan wajah yang senang. Ternyata pria tampan yang di lihatnya dari tadi adalah Revan pacarnya.

Mereka duduk dan memesan segelas orange jus. Mereka mengobrol tentang diri mereka masing – masing dengan perasaan yang senang karena mereka baru di pertemukan hari ini. Mereka nonton bioskop dan makan malam. Jam menunjukkan pukul 9 malam. Revan mengantar Gina pulang kerumahnya.

“ Makasih ya sayang.” Gina turun dari motor Revan dan membuka helm.

“ Apa kamu tidak malu jalan sama cewek sejelek aku.” tanya Gina, karena ia merasa dirinya jelek dan tidak pantas untuk pria setampan Revan.

“ sssssttt.. kamu tidak boleh berkata seperti itu. Karena tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Di mata Tuhan, semua manusia sama, yang membedakan adalah sifat dan perilaku manusia. Kamu tetap yang paling sempurna untuk aku sampai kapan pun. Jadi kamu jangan pernah lagi berfikir seperti itu.” Jawab Revan sambil mengelus rambut dan mencium kening Gina.

Dengan motornya, Revan pergi meninggalkan Gina yang masih berdiri di depan rumahnya. Gina masuk rumah dan Ia berfikir bahwa Revan adalah pria yang baik dan mengerti perasaan dirinya. Ia baru merasakan ada pria yang benar – benar sayang dengannya, karena sampai sekarang ia berumur 16 tahun, ia baru pertama kali merasakan yang namanya jatuh cinta, pacar, dan segala – galanya yang pertama dalam hidupnya. Apakah ini yang dinamakan cinta pertama ??. pikir Gina.

Hari demi Hari mereka lalui dengan kasih sayang dan bahagia. Gina merasakan seperti perempuan yang paling beruntung di dunia ini karena mempunyai pacar yang sangat sayang dan perhatian dengannya. Apa pun yang terjadi nantinya dengan hubungan mereka, ia tidak akan melepaskan Revan dan akan mempertahankan Revan semampunya.

Hari Minggu mereka akan pergi jalan – jalan ke taman kota. Dengan menggunakan motor biru Revan, mereka segera menuju ke taman kota. Sesampainya di sana mereka jalan – jalan mengelilingi taman sambil berpegangan tangan. Tiba – tiba Revan jalan melamban, ia merasakan kepalanya pusing. Gina menyuruhnya duduk di pinggir kolam dan terlihat mata Revan memerah wajahnya pucat dan hidungnya terlihat ada darah sepertinya Revan mimisan. Melihat keadaan Revan seperti itu, Gina panik, ia tidak tahu apa yang harus di lakukan.

“ Kamu kenapa sayang ??” tanya Gina dalam keadaan cemas dan Gina memegang kening Revan yang ternyata panas dingin dan mengelap hidung Revan dengan sapu tangannya.

“ Aku tidak apa – apa sayang, kamu jangan khawatir !! Aku tidak apa – apa mungkin aku kelelahan. Makasih sayang, kamu memang pacar aku yang paling perhatian. Tetapi aku tidak apa – apa. Aku mungkin hanya kelelahan dan kepanasan karena teriknya matahari, jadi hidung aku mimisan. Kamu jangan khawatir dan cemas ya sayang. I LOVE YOU.” Revan menjelaskan kepada Gina dan mencium rambut Gina.

“ I LOVE YOU TOO. Sekarang kita pulang ya, sudah sore takut kemalaman, tetapi kamu bisa tidak bawa motornya mengantar aku pulang.” Tanya Gina dengan cemas.

“ Kamu tenang saja, aku kan tidak apa – apa, jadi aku bisa mengantar kamu pulang.” Jawab Revan dengan santai sambil menggandeng tangan Gina.

Tiba – tiba Gina tidak mendapatkan kabar dari Revan. Hari demi hari Revan tidak menelpon dan memberinya kabar. Gina pun mulai cemas dan kebingungan. Ada apa sebenarnya dengan Revan ?? Gina bingung karena dia tidak tahu harus bagaimana, karena dia tidak tahu rumah Revan dan handphone Revan pun tidak aktif. Setiap hari Gina hanya melamun dan melihat handphonenya terus, mungkin saja Revan menelponnya atau sms. Setiap hari Gina hanya merasa sedih, Apakah ia mengenal Revan cukup sampai disini saja??

Beberapa hari kemudian ada telpon dari nomer Revan. Gina mengangkat telpon dengan perasaan senang, karena Revannya kembali. Tetapi berbeda bukan suara Revan, melainkan suara perempuan dan ternyata itu suara sahabat Revan.

“ Halo, ini Gina!! Aku Tania, aku sahabatnya Revan. Kamu bisa tidak datang ke rumah sakit yang ada di BSD. Revan ingin ketemu kamu.”

“ Kenapa ke rumah sakit!! Ada apa dengan Revan?? Apa dia baik – baik saja.” Tanya Gina dengan cemas.

“ Sudah kamu jangan banyak tanya. Kamu ke sini saja, kalau memang kamu sayang sama Revan. Revan butuh kamu.”

Segeralah Gina menuju rumah sakit bersama sahabatnya Lia dengan perasaan cemas. Tetapi Lia terus menenangkannya agar berpikir positif.sesampai di sana Gina bertemu dengan Tania dan diantarlah Gina ke sebuah ruang ICU. Gina bingung ada apa sebenarnya, kenapa dia di bawa ke ruang ICU dan di suruh mengenakan pakaian medis. Saat masuk terlihat seorang pria yang tubuhnya di penuhi alat – alat medis dan ada seorang ibu yang sedang menangis. Semakin Gina mendekat dan melihatnya, ternyata pria tersebut adalah Revan pacarnya. Gina menangis dan menggenggam tangan Revan.

“ Kamu tidak usah nangis, jelek tahu kalau kamu nangis. Kamu tahu dari mana kalau aku ada di sini.” Tangan Revan menggenggam erat tangan Gina.

“ Kamu kenapa tidak beritahu aku, kalau kamu sedang di rumah sakit. Kamu jahat, aku tidak di kasih tahu. Berarti kamu tidak sayang sama aku.” tanya Gina dengan sambil menangis. Tangan Revan mengelapi air mata Gina.

“ sssssttt..aku sayang banget sama kamu. Aku lakukan seperti ini karena aku tidak mau buat kamu sedih. Karena aku tahu kamu pasti akan khawatir dan cemas. Aku tidak mau kamu seperti itu. Aku ingin minta maaf kalau aku ada salah sama kamu selama ini. Sampai kapan pun dan mau bagaimana pun kamu aku akan selalu sayang sama kamu, karena kamu adalah cinta sejati aku.Tapi sekarang kamu sudah ada di samping aku. Aku senang sekali. Terima kasih ya Tania.” Revan menjelaskan kepada Gina dan memandang ke arah Tania.

Gina meminta izin pulang kepada Revan, karena mamanya menyuruh ia pulang. Besok akan jenguk dengan mamanya.

Saat Lia dan Gina keluar dan meninggalkan ruang ICU. Terdengar suara jeritan yang keras dari ruang ICU. Gina dan Lia pun terkaget dan kembali menuju Ruang ICU dengan cepat. Ketika akan masuk Tania memeluk Gina dan menemaninya untuk masuk melihat apa yang telah terjadi di dalam, ternyata ibunya Revan sedang menangis dan memeluk Revan. Ia mendekat dan di peluklah Gina sama ibunya Revan. Gina hanya bingung sebenarnya ada apa ini ?? setelah ibu Revan memberitahukan bahwa Revan telah meninggalkan Gina selamanya karena jantungnya bocornya akibat ia mengkonsumsi nikotin terlalubanyak. Revan tidak dapat bertahan karena penyakitnya tersebut. Gina langsung menjerit dan menangis histeris sambil memeluk tubuk Revan yang terkujur kaku di atas kasur, dan tiba – tiba Gina jatuh pingsan.

Saat ia tersadar, di hadapannya sudah ada mama dan keluarga Gina sedang menemaninya. Gina langsung bangun dari tempat tidurnya masih dalam keadaan lemas. Ia mencari Revan, tetapi sudah tidak ada karena jenasah Revan sudah di bawa pulang ke rumah sama keluarganya untuk di makamkan. Segeralah Gina ke rumah Revan dengan keluarganya yang ternyata sudah di berikan alamat Revan.

Di sana ia di sambut oleh ibunya Revan. Gina tidak henti – hentinya menangis di depan kuburan Revan sambil memegang batu nisan Revan.

“ Revan..kenapa kamu tinggalkan aku begitu cepat. Kata kamu, kamu akan selalu menjaga aku. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Karena kamulah cinta, pacar, dan segala – galanya yang pertama dalam hidupku yang tak akan pernah aku lupakan.” Gina menangis sambil mencium batu nisan Revan dan pergi meninggal kuburan Revan.

Beberarapa bulan telah di laluinya tanpa Revan. Walaupun masih dalam keadaan sedih ia tetap jalani hidup, karena Revan tidak akan senang bila melihatnya bersedih terus dan tak akan tenang Revan di alam sana. Malam itu adalah malam ulang tahun Gina yang ke 17 tahun. Saat ia tidur, ia melihat Revan tersenyum kepadanya. Gina mencoba menghampiri Revan, tetapi semakin di kejar semakin menjauh Revan dari Gina.

Gina pun bangun dan tersadar bahwa ia bermimpi. Sungguh indah mimpinya bertemu Revan. Tetapi kenapa Revan menjauh saat ia kejar. Gina sudah kangen sekali sama Revan. Mamanya pernah berkata padanya, bila bertemu orang yang sudah meninggal dunia dalam mimpi dan mengajakmu, janganlah kamu ikut dengannya, karena kamu akan ikut juga ke alamnya. Dari perkataan mama yang pernah aku dengar, aku jadi sadar bahwa yang Revan lakukan itu karena Revan sangat sayang sama aku dan ia tidak mau aku ikut dengannya karena dunia aku di sinilah. Dan Revan datang dan tersenyum saat di hari ulang tahun karena Revan ingin mengucapkan selamat ulang tahun. Aku sadar bahwa Revan benar – benar orang yang pertama dalam segala hal yang membuat hidup aku terasa senang. Walaupun kau telah tiada aku tak akan pernah melupakanmu selamanya sampai aku punya anak dan cucu nanti. Semoga ada seseorang yang seperti kamu yang sayang, pehatian dan terima aku apa adanya. SELAMAT TINGGAL CINTA PERTAMAKU. AKU HARAP KAMU TENANG DI SANA!!!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar